Sabtu, 02 Maret 2013

Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa




A.    LATAR BELAKANG
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah - pisah (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weaver, 1992). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah- pisahkan (Rigg, 1991). Oleh karena itu pengajaran keterampilan berbahasa dan  komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan  dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca seperti koma, semikolon, dan kolon misalnya, diajarkan sehubungan dengan pelajaran menulis. Jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena materi itu tertera dalam kurikulum.
Pendekatan whole language didasari oleh paham contructivism yang menyatakan bahwa anak/ siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya itu diperlukan oleh mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993 ).

B.     KOMPONEN – KOMPONEN WHOLE LANGUAGE
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu. Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen whole language yaitu :
1.      Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud, antara lain meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.
2.      Jurnal Writing
Jurnal writing atau menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, meceritakan kejadian disekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis jurnal antara lain sebagai berikut
a.       Meningkatkan kemampuan menulis.
b.      Meningkatkan kemampuan membaca.
c.       Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko. 
d.      Memberi kesempatan untuk membuat refleksi.
e.       Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.
f.       Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
g.      Meningkatkan kemampuan berpikir.
h.      Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis.
i.        Menjadi alat evaluasi
j.        Menjadi dokumen tertulis
3.      Sustained Silent Reading
Sustained silent reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah :
a.       Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan;
b.      Membaca dapat dilakukan oleh siapa pun;
c.       Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut;
d.      Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama;
e.       Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca;
f.       Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan sustained silent reading berakhir.
4.      Shared Reading
Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap orang   mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini, yaitu :
a.       Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah);
b.      Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku;
c.       Siswa membaca bergiliran;
Maksud kegiatan ini adalah :
a.       Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai model;
b.      Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya;
c.       Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar.
5.      Guided Reading
Guided reading adalah kegiatan membaca dimana guru lebih berperan sebagai model dalam membaca atau guru hanya sebagai pengamat atau fasilitator. Dalam kegiatan ini semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.


6.      Guided Writing
Guided writing adalah menulis terbimbing dimana peran guru adalah sebagai fasilitator sehingga guru hanya membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Dan dalam hal ini guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur.
7.      Independent Reading
Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respons.
8.      Independent Writing
Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing, antara lain menulis jurnal, dan menulis respons. 

C.    CIRI – CIRI KELAS WHOLE LANGUAGE
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language antara lain :
1.      Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
2.      Di kelas whole language siswa belajar melalui model atau contoh.
3.      Di kelas whole language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
4.      Di kelas whole language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
5.      Di kelas whole language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna.
6.      Di kelas whole language siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen.
7.      Di kelas whole language siswa mendapat balikan (feedback) positif dari guru maupun temannya.

D.    PENILAIAN DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap – cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.

Tidak ada komentar: