Jumat, 04 Oktober 2013

Kau yang pernah ku banggakan



Selalu terlintas dibenakku, agar kelak kau jadi lebih baik dariku
Selalu terngiang ditelingaku, agar jalan hidupmu tak sesuram kehidupanku
Yang harus kerja kesana kemari, siang malam disaat mereka terlelap hanya demi cita
Selalu kutanam dalam ingatanku, agar dapat kau raih cita-cita seperti inginmu
Bukan keinginan mereka, yang harus kau rangkai menjadi cita
Selalu ku nomor satukan dirimu, agar kelak kau pun selalu jadi yang nomor satu
Selalu ku wujudkan secara perlahan setiap inginmu, agar kau merasa tercukupi tanpa mencari
Tak pernah aku merasa kehilangan, sekalipun semua selalu untukmu !
Kini, kau telah dewasa . . . .
Aku bangga, pernah menimangmu dalam air mataku
Aku bangga, telah menyertaimu tumbuh dewasa
Semoga kini kau tak sepertiku, yang hanya menjadi beban hidup bagi mereka
Yang melangkahpun terasa berat tanpa seorang teman
Yang mencoba kuat meniti langkah pada jalan yang sama sekali tak ingin ku lewati
Yang tak punya tempat untuk bersandar dikala kerapuhan menenggelamkan
Jangan . . . .
Jangan pernah tumbuh di jalan ini,
yang setiap saat harus bangkit dan mengais rejeki ,
demi langkah-langkah yang sempat tersendat
Yang harus melupakan lelahnya raga, demi jalan sebuah cita yang terlanjur dilalui
Berbeda denganmu . . . .
Kau telah tumbuh dimasa yang tak lagi kekurangan
Dalam keluarga yang kini telah sadar pendidikan
Dalam keluarga yang kini mengenal cinta dan kebersamaan
Namun, baru kulihat kini....
Kenapa sifat itu harus menurun padamu !
Sifat keegoisan, yang hanya peduli pada diri sendiri
Sifat ketamak’an, yang selalu inginkan sesuatu yang lebih
Semoga kau tetap punya kedewasaan dalam melangkah
Dan menjadikanku bangga karena telah menimangmu hingga dewasa.