Kamis, 30 Agustus 2012

jeritan hati seorang anak

 AKU JUGA INGIN DICINTAI


                          Pagi itu aku datang ke sekolah sebagai guru bantu disebuah sekolah dasar. Ketika itu aku diberi kesempatan mengajar kelas dua. Jumlah muridnya 27 anak yg terdiri dari 16 anak perempuan dan 11 anak laki- laki. Mereka semua menarik buatku, anak- anak dengan kepolosan sifatnya. Setelah saling kenal- mengenal, ada seorang anak yang membuatku selalu ingin memperhatikannya. Dia tidak suka menulis, tidak suka menggambar juga tidak bisa membaca. Meski secara sepintas dapat ku lihat dia termasuk anak orang berada dibanding dengan teman- temannya. Pakaiannya selalu bersih dan rapi, rambut yang disisir dengan rapi, juga tak pernah lupa mengenakan topi dan dasi seperti kebanyakan anak yang lainnya. yaaaa...dia adalah seorang anak laki- laki yang bernama Yoga. Sering ku coba mendekatinya, mengajaknya ngobrol ketika istirahat. Namun, dia selalu menjauh dariku, tak mau disentuh juga tak pernah menjawab sedikitpun ketika diajak bicara. Ketika dikelas, dia hanya diam namun suatu ketika dia akan berlarian berkeliling kelas atau sekedar memukul- mukul meja. Sungguh tak mudah dikendalikan seperti anak sebayanya yang bisa menyesuaikan diri dengan kehadiranku. Setiap hari aku dekati dia, kutemani dia duduk dibangkunya ketika teman- teman yang lainnya asyik menulis atau membaca. Sungguh miris rasanya bahwa ternyata dia tidak bisa menulis satu huruf pun yang aku ucapkan.. Dia tidak mengenal abjad atau angka. Sebagai manusia kadang aku juga merasa jengkel ketika dia tidak mau diam dan mengganggu teman- temannya yang sedang belajar. Tetapi disisi lain aku merasa iba dengan apa yang ada padanya. Dia tergolong sempurna dari segi fisik, kulitnya putih bersih dan selalu wangi. Sering ketika istirahat aku mengamatinya, dia tidak suka bergaul dengan teman- temannya.. Seiring waktu berjalan tidak ada perubahan sedikitpun dari dirinya hingga ujian semester genap dimulai. Aku pun ikut penasaran bagaimana hasil ujian anak- anak nanti sebagai alat evaluasi diri..sudahkah cukup diterima caraku mengajar selama ini ...
                  Hari pertama ujian dimulai, ku bagikan soal beserta lembar jawabannya.. kebanyakan mereka sudah bisa membaca dan memahami sendiri maksudnya, hanya beberapa soal yang harus dijelaskan ulang maksudnya..Karena mereka belum mengerti apa yang ditanyakan dari soal itu..Tapi masih dalam tahap wajar untuk anak seusia mereka yang benar- benar masih harus dibimbing. Ketika semua sudah sibuk mengerjakan soal masing- masing, ku amati Yoga. Dia hanya membolak- balikkan soal. Kusadari dia tidak bisa membaca, ku dekati dia dan kubacakan soalnya supaya dia bisa memilih satu jawaban yang benar untuk soal objektif . Mungkin orang akan tertawa jika melihatnya, dia tidak mau menyilang hanya satu pilihan. bahkan hampir dari 25 soal ada obsi jawaban A,B,C,D...disilang semua.. Astagfirullah !!
                    Seminggu sesudahnya adalah penerimaan Raport, Ketika itu aku cukup bingung.. Apa yang akan ku tulis diraportnya ?? hanya nilai- nilai kecil setidaknya untuk pendidikan agama dan kewarganegaraan dia tidak mendapatkan nilai merah, karena dari perilaku masih bisa mendapatkan nilai B. Ketika pembagian raport, untuk pertama kalinya aku bertatap muka dengan wali murid..dan untuk Yoga ku bagikan paling akhir. Aku ingin sekedar bercakap dan berbagi informasi dengan walinya, yang kebetulan Ibunya yang datang.
Cakap punya cakap, Yoga adalah anak tunggal dan orang tuanya adalah wiraswasta yang cukup sukses. Mereka berkata, meski malu mau diapakan lagi toh itu juga anak karunia tuhan yg harus disyukuri. mereka juga menitipkan anaknya sepenuhnya padaku ketika disekolah, dirumahpun juga gak ada yang bisa mengendalikannya. kalau dipaksa belajar dia akan menangis. Heeemzzzzz, ya walaupun aku sendiri belum berkeluarga apalagi punya anak.Aku bisa memahami perasaan mereka dan aku memberi pengertian kepada Ibunya supaya anaknya tinggal kelas.
                              Liburan telah selesai, dan untuk yang pertama kalinya aku akan menyambut penghuni baru dalam kelasku. Cukup mudah bersosialisasi dengan mereka, karena dulu aku juga sering mengajar kelas satu jika gurunya ada kepentingan. Namun, lagi- lagi aku masih merasa ingin selalu memperhatikannya. Dan semakin sering ku hampiri anak itu dan mengajaknya bicara. yaaa..walau hanya sekedar pertanyaaan yg kurang penting, namun tak apa..aku ingin dekat dengan anak itu..sekali dua kali masih sama, tetep gak ada respon sama sekali. namun meski kadang aku merasa lelah dan bosan, jika melihat wajahnya yang polos dan sungguh sangat lugu aku jadi semakin ingin dekat dengannya. Perlahan dia mulai membuka diri padaku, mau menjawab setiap pertanyaanku. Cukup senang saat itu, semakin membuatku semangat untuk membimbingnya. Kadang ku tanya " tadi sudah sarapan belum ? uang sakunya berapa, sini bu guru lihat ? tadi berangkat cium tangan ibunya apa tidak ?" ...sungguh senang rasanya, dikelas ketika dia mulai memukul- mukul meja aku hanya diam dan menatapnya dari kursi tempatku duduk. tanpa disuruh dia tersenyum melihatku dan diam dengan sendirinya. Ya Allah, dia bisa mengerti maksud dari pandanganku..ingin menangis rasanya saat itu..betapa bahagianya untuk pertama kalinya dia bisa patuh pada seseorang... Namun tak cukup sampai disitu, ku tambahkan setengah jam mengajar untuk dia. Orang tuanya pun mengijinkan, ketika teman- temannya pulang, dia ku bantu bagaimana menulis huruf dari A- Z...meski gak bisa terlalu fokus, namun dia mau menirukan bagaimana aku menulis huruf demi huruf.. hampir 3 bulan ku bimbing dia menuliskan huruf A-Z..setelah 3 bulan berlalu, pagi itu pelajaran IPA di jam terakhir.. aku menulis dipapan tulis lalu ku jelaskan maksudnya satu persatu kepada anak- anak. Setelah anak- anak ganti yang menyalin dibuku tulisnya. aku mendekati Yoga,,kulihat dia hampir menyelesaikan tulisannya, menulis apa yang aku tulis dipapan..Aku sungguh terkejut namun juga bahagia..saking senangnya ku berikan dia hadiah buku tulis dan pensil..dan sejak saat itu dia mulai menulis walau sedikit bahkan kadang gak diselesaikan dan meski tak tahu apa yang dia tulis..waktu terus berjalan, ketika itu aku merapikan bukunya yang ditinggalkan begitu saja dimeja untuk istirahat. ku lihat tulisan demi tulisan yang dibuatnya. Walau masih sulit terbaca, , aku tak kuasa menahan air mata ketika dibelakang lembar- lembar buku itu dia menuliskan " tuhan mengapa aku gak pintar seperti vernanda " meski tulisnnya tak sesempurna itu tapi jika diuraikan begitulah lengkapnya.
Sungguh hatiku bergetar, menangis...ya Allah semoga selalu terlimpahkan rahmatMU sepanjang hidupnya.. Sayangilah dia ketika semua orang tak menyukainya, semua orang memakinya. karena dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan dalam keadaan yang tak semestinya, dia tetap manusia dengan segala kelebihannya yang mempunyai hati. yang ingin dicintai dan disayangi sepenuh hati oleh orang lain. Yang ingin diperhatikan dan diterima dimanapun dia berada. Dia bukan idiot, dia bukan anak terbelakang mental, dia juga bukan anak aneh yang harus dipandang sebelah mata..JadikanLah ia kelak menjadi anak yang berhati mulia, yang mencintai orang tuanya ya Allah...

Tidak ada komentar: