Sudah hampir 4 tahun intan menikah dengan andik, namun selama itu mereka belum juga
dikaruniai seorang buah hati. Sebelumnya biasa2 saja, tidak ada masalah antara
mereka berdua. Mereka tetap sabar menantikan titipan tuhan yang memang belum
dipercayakan padanya. Namun, akhirnya goyah juga hati andik, karena memang dia
sudah tidak sabar menggendong si buah hati. Dia mulai menjauhi intan istrinya,
karena mungkin istrinyalah yang bermasalah. Hingga kemudian andik berkenalan
dengan wanita teman sekerjanya yang bernama Hani. Hani berparaskan cantik,
menarik dan selalu berpenampilan menarik
diantara rekan2 yang sekantornya. Semula hanya biasa saja, namun perlahan andik
dan Hani sering rapat keluar kota bersama, hingga muncullah rasa suka pada
wanita yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi. Ternyata tak cukup hanya
sampai disitu hubungan merekapun terus berlanjut tanpa sepengetahuan Intan
istrinya. Andik semakin sering pulang malam, bahkan sampai pagi. Hampir setahun
lebih andik selalu seperti itu, terlalu sering pertanyaan intan pada andik
memicu pertengkaran antara mereka berdua.Karena itu intan tak pernah menyinggung atau menolak apapun
keinginann andik
Pada
minggu pagi yang seharusnya andik libur kerja dan menghabiskan waktu bersama
Intan, namun minggu itu dia bilang akan bertemu klien penting. Tanpa rasa
curiga, Intan mengijinkan suaminya pergi.
Setelah suaminya berangkat, intan pun bremaksud belanja ke supermarket.
Di supermarket ia melihat suaminya bersama wanita lain yang menggendong bayi
kecil sedang membeli susu. Ingin rasanya Intan menyapanya dan bertanya pada
suaminya, siapa wanita dan bayi yang di gendong bersamanya itu ?? Namun Intan
mengurungkan niatnya, karena takut nanti akan bertengkar lagi di tempat umum.Intan
langsung pulang, di rumah hatinya bergetar tidak karuan..pikirannya melayang
entah kemana, apa semua ini yang menyebabkan suaminya berubah padanya selama
hampir dua tahun ini.
Dia
segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat dhuhur 4 rakaat, kemudian
berdoa memohon petunjuk dari Allah SWT. Intan merasa dadanya begitu sesak
dipenuhi pertanyaan2 tentang sikap suaminya. Sore harinya andik baru pulang ke
rumah, seperti biasa ia pulang dengan muka masam dan tak pernah lagi tersenyum
atau sekedar berbincang dengan Intan.
Andik langsung tidur di kamar dan tak pernah lagi makan masakan Intan istrinya.
Keesokan
harinya, Intan datang ke kantor suaminya untuk mengantarkan makanan kesukaannya
dan memberikan kabar gembira yang telah mereka berdua nantikan selama ini.Karena
akhirnya Intan positif Hamil di usia pernikahannya yang menginjak 6 tahun itu.
Namun sungguh kecewa, Sesampainya disana sekretarisnya bilang suaminya sudah
seminggu ini ambil cuti dan mungkin besok baru bisa masuk. Seperti tersambar
petir rasanya hati intan, kenapa suaminya tidak bilang ia sedang cuti terus
dimana setiap harinya dia berada ??? Intan langsung pulang lagi ke rumah,
mencoba menata pikirannya yang mulai tidak karuan. Baru saja menghempaskan
tubuh ke tempat tidurnya, ia tiba2 mendengar suara hp berbunyi. Dicarinya dari
mana sumber suara itu berasal, ternyata hp suaminya tertinggal di laci meja
kamar. Hp yang selama setahun lebih tak diijinkannya untuk ku lihat atau ku
pegang. Intan gemetaran melihat ada gambar wanita kemarin yang ku lihat
bersamanya di supermarket itu bersama bayi kecil itu. Dan lebih mengagetkan
lagi suamiku menamainya “MAMA”.
Rasanya
jantung intan seketika berhenti berdetak, belum sempat ia tersadar dari
lamunannya. Ternyata andik sudah berdiri di hadapannya. Tak kuasa Intan berkata
ataupun meminta penjelasan Andik atas semua ini. “ Mas, siapakah wanita ini ??”
ucapnya lirih. Andik menundukkan kepalanya dan berusaha menjelaskan semuanya. “
ma’afkan aku sayang, bukannya aku tidak mencintaimu lagi.tapi aku juga ingin
menjadi seorang ayah dan kamu tidak bisa memberikanku keturunan. Kamu mandul
dan aku tidak.Dia adalah istri dan anakku “ jelas Andik.
Rasanya
dunia Intan telah runtuh menjadi puing2
debu ketika mendengar penjelasan dari Andik suaminya itu. Ia sungguh tak
menyangka suaminya dapat berkata seperti itu padanya, begitu sakit rasanya hati
intan atas perkataan Andik yang telah menuduhnya wanita mandul disaat kini
benihnya telah tertanam 2 bulan dalam rahimnya. Tak kuasa intan berkata apa2
lagi pada andik. “ Sekarang terserah kamu mau kita bercerai atau kamu mau ku
madu dengan Heni “ sahut Andik..
“kamu sudah tau kan semuanya sekarang, Aku harus pergi
sekarang.karena Heni sedang dirawat di rumah sakit seminggu ini” ucap Andik
sambil berlalu dari hadapan Intan.
“ Tunggu mas, sakit apa Heni ?? Bolehkah aku menemanimu
kesana menjenguk wanita yang selama ini telah membahagiakan suamiku ??” pinta
Intan meski air mata bercucuran di hatinya, namun wajahnya tetap tegar.
Akhirnya mereka berdua berangkat ke rumah sakit, dari sana
Intan tahu bahwa Heni sakit ginjal. Intan berusaha menguatkan hatinya untuk
masuk menemui Heni yang terbaring di kamar pasien.
“ Assalamualaikum, hay..bagaimana keadaanmu ??” ucap Intan
dalam kebingungannya mencari kata2.
“ Kenapa mas bawa dia kesini ??, apa hanya untuk
menertawaiku yang sekarang sekarat di rumah sakit ? Pasti dia akan tertawa
karena jika aku mati nanti dia akan menang dalam memilikimu mas ?? aku benci
dia ?? aku gak mau melihat dia ada disini ??” Sahut Heni dengan nada marah pada
Andik.
Intan langsung keluar kamar mendengar perkataan itu dari
Heni.Di luar kamar Intan melihat baby sister yang ternyata menggendong bayi
anaknya Heni dengan suamiku. Ia mendekati bayi itu yang sedang menangis keras,
Ia mencoba mengendong dan menenangkannya. Akhirnya bayi itu tertidur dalam
pelukannya. Tak berapa lama mas Andik keluar dari kamar Heni dan mendekati
Intan yang menggendong bayinya. Intan berkata pada bayi itu “ Nak, jangan
menangis lagi ya..ibumu masih sakit..sekarang kamu sama tante aja ya,,tante ini
juga akan menjadi mamamu nanti “..mendengar ucapan intan itu Andik tak kuasa
menahan air matanya. Ternyata begitu tulusnya hati intan, dia tidak membenci
anak dan istrinya yang baru.
Sepulang
dari rumah sakit, Andik hampir tidak pernah pulang menemui intan lagi..Mungkin
terlalu sibuk mengurusi Heni yang sakit dan bayinya. Andik pun diberhentikan
dari pekerjaannya karena sering ijin dan sekarang jadi pengangguran. Sedangkan
Intan tetap bisa bertahan meski hampir 3 tahun ia tidak dinafkahi oleh Andik.
Intan anak tunggal dari keluarga yang cukup kaya dan terpandang, namun ia
memilih hidup sederhana dan mandiri. Orang tuanya telah lama meninggal, ia tak
punya siapa2 lagi selain Andik yang kini pun telah pergi darinya.
Pagi-pagi
sekali intan ingin mengantarkan susu yang di belinya kemarin ke rumah Heni,
namun tiba2 dia terpeleset dan jatuh
tersungkur di lantai dan mengalami keguguran. Darah mengalir kemana-mana dan dia tak mampu bangkit dari tempatnya.
Karena dia tak punya pembantu atau orang lain yang ada dirumahnya, tak
seorangpun tau tentang keadaannya.
Menjelang
matahari terbit keesokan harinya, Ibunya Andik datang berkunjung kerumahnya dan
menjumpai Intan dalam keadaan tergeletak
di lantai dan darah yang tak berhenti mengalir dari rahimnya. Ibunya
sungguh panik dan berteriak minta tolong kesana kemari. Intan perlahan membuka
matanya dan masih dapat tersenyum pada ibu mertuanya itu.
“ intan, kamu kenapa nak ?? kenapa sampai seperti
ini...kemana Andik suamimu ??” tanya mertuanya dengan penuh khawatir.
“ aku gak apa2 bu, ibu kapan datangnya ?? “ jawab Intan
dengan senyum yang tak pernah ia lupakan untuk selalu ada di bibirnya.
“ sudah sayang, kamu jgn bicara dulu.Ibu sudah telp ambulan
bentar lagi pasti kesini.kamu bertahan ya sayang”
“ tidak perlu ibu, aku sudah tidak punya siapa2 lg sekarang.
Apa ibu menyayangiku ??”
“ia sayang ibu sangat menyayangimu, kamu dah seperti anak
kandung ibu , Intan “
“ terima kasih Ibu, masih ada orang sebaik Ibu padaku. Aku
ingin menitip pesan pada Ibu boleh ?? mungkin sudah tidak lama lagi ku bertahan
bu , sejak jatuh disini kemarin aku menunggu mas Andik tapi ia tidak juga
datang sampai sekarang..”
“kamu harus bertahan Intan, kamu tidak boleh bicara seperti
itu “
“ Tolong bu nanti jika aku mati, sampaikan pada mas Andik
ambillah ginjalku ini untuk istrinya, Heni. Dan susu ini belum sempat aku
berikan untuk anaknya kemarin. Katakan pada mas Andik aku sangat sangat mencintainya bu, aku gak
sempat berpamitan padanya, .. aku sayang Ibu..Doakan aku dan calon cucumu yang
gak sempat lahir di Dunia ini yaw bu. Asslamualaikum”
Intan
pun menghembuskan nafas terakhirnya dan ginjalnya di donorkan untuk Heni yang
akhirnya bisa sehat kembali. Andik menangis sejadi- jadinya, ia merasa berdosa
karena selama hidupnya tak pernah membahagiakan Intan istri yang sangat
mencintainya. Bahkan rela mengorbankan semuanya hanya demi kebahagiaannya. Bahkan
Andik juga tak bersikap adil pada intan yang telah mengandung anak yang sangat
dinantikannya itu. Dan ternyata semua harta Intan diwariskan untuk anaknya
andik dan Heni . Di surat wasiat itu tertuliskan tulisan tangan Intan untuk
Andik.
Suamiku tercinta, Andik
Tak tahu dari mana smua berawal hingga
rumah tangga kita yang dibangun dengan penuh cinta jadi seperti ini. Tak
kusesalkan meski akhirnya harus kau bagi hatimu dengan wanita yang sama sekali
tak menyukaiku. Mungkin seharusnya aku membenci Verendra, anak kalian
berdua,,tapi yg ku rasa aku justru sangat menyayanginya. Aku tak kuasa untuk
membencimu suamiku, sekalipun kau tuduh aku mandul disaat ingin ku kabarkan
padamu bahwa benihmu telah tertanam dua bulan dalam rahimku. Kini aku tak punya
siapa2 lagi, rasanya hidupku sebatang kara di dunia ini. Yang ku punya hanya
benih di rahimku ini yang suatu saat akan memanggilmu ayah. Meski tak mungkin
mengembalikan keluarga kita seperti dulu. Dan perlu kau tahu suamiku, Hingga
detik ini aku bertahan.semua karena Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar