Aku tinggal
bersama ibu dan kakak perempuanku, karena sejak kecil ayahku sudah meninggal.
Entah kenapa rasanya begitu berbeda
padaku. Ibuku selalu mendahulukan semua kepentingan kakakku dari pada
aku. Ibuku selalu menyuapin kakakku, mencium kakakku, memeluknya disaat ia
sakit. Tapi tidak denganku, Ibu selalu menatapku dengan penuh kebencian, selalu
menyuruh pembantu yang mengurusiku ketika aku sakit dan mengurus semua
keperluanku. Apalagi ketika ku lihat album keluarga, tak ku jumpai satu pun
foto ibu yang memelukku. Ibu tersenyum untuk kakak, Ibu memeluk kakak.
Aku bahagia
meskipun begitu, kakakku sangat menyayangiku. Kini aku sudah menginjak dewasa.
Kakakku menjadi wanita karier yang sukses, sedangkan aku hanya kerja menjadi
seorang pelayan di sebuah restoran ternama. Karena memang aku tidak kuliah,
sedangkan kakakku kuliah. Aku harus kerja banting tulang untuk mnyelesaikan
kuliahku, untungnya kakakku selalu memberikan uang yang lebih padaku.
Kini umurku
sudah 24 tahun, aku berkenalan dengan seorang lelaki pengusaha yang cukup
sukses saat itu. Namanya Raihan, yang ternyata adalah anaknya pemilik restoran
tempatku bekerja. Ayahnya sangat baik padaku, aku sering bercanda tawa dan
bercerita hal2 menyenangkan pada Ayahnya
yang terlihat lebih cocok jadi pelawak dari pada pengusaha itu. Bahkan dia
berniat menjadikanku manager di restorannya itu, tapi aku lebih suka jadi
pelayan saja yang bisa sekalian menyelesaikan kuliahku.
Akhirnya aku dan
Raihan menjadi semakin dekat dengan restu dari ayahnya itu. Dia ingin segera
melamarku, tetapi aku ingin kuliahku selesai dulu dan membuat ibuku bangga
padaku. Dua tahun sudah kami menjalin hubungan dan kini kuliahku telah selesai,
aku diwisuda dengan nilai terbaik tetapi tetap saja Ibuku tidak mau memelukku
dan memberikan ucapan selamat padaku. Raihan pun melamarku, sambil menunggu
waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini pada ibuku. Dan ternyata Ibuku
memang benar tak menyetujui pernikahanku sebelum kakakku menikah.
Dua bulan
terlewatkan, hingga kakakku bercerita padaku dan Ibuku bahwa dia menyukai
seorang lelaki yang sangat baik. Ibuku langsung menanyakan alamatnya dan
menanyakan pada lelaki itu dan keluarganya untuk kebersediaannya meminang
kakakku. Kata Ibuku keluarga lelaki itu juga berniat meminang putrinya. Sungguh
hal yang tidak terduga, karena seminggu lagi keluarga lelaki itu akan datang
kerumah dan meminang kakakku kemudian dilangsungkan acara pernikahan mereka. Keluarga
itu adalah keluarga terpandang yang sangat melihat latar belakang keluarga dari
garis keturunan jika ingin membina hubungan keluarga dengan mereka.
Malam itu, aku
baru pulang kerja dan segera bersiap diri karena kakakku akan kedatangan tamu
special malam ini. Pukul 20.30 tamu yang
dinantikan datang juga,aku membantu kakakku mempersiapkan dirinya. Memakaikannya
gaun yang sangat indah membuatnya terlihat begitu anggun dan cantik. Perlahan
ku turuni tangga bersama kakakku, sesampai di bawah betapa terkejutnya aku.
Bahwa yang datang adalah Raihan beserta ayah dan keluarganya. Mereka kah yang
akan melamar kakakku ? Raihan kah yang
akan menikahi kakakku ?? Ketika saling memperkenalkan diri, keluarga Raihan
juga terkejut bahwa Ibuku melamar untuk kakakku bukan untukku. Lalu mereka
menjelaskan bahwa yang ingin mereka lamar adalah diriku bukan kakakku, karena
merasa ada kesalah pahaman.Akhirnya mereka berpamitan pulang.
Kakakku langsung
naik ke kamarnya dan menangis, aku ingin sekali meminta ma’af karena aku tak
tahu bahwa kakakku juga mencintai Raihan. Namun, Ibuku menarik tanganku dengan
keras. Beliau bilang ingin bicara padaku
“Sudah puaskah
kau hancurkan kebahagiaan kakakmu,orang yang sangat menyayangimu. Dari dulu kau
selalu dapatkan apa yang kau mau, tidak seperti kakakmu”
“ Ibu, kenapa
ibu bicara seperti itu padaku”
“jangan pernah panggilku
lagi dengan sebutan Ibu, karena aku bukan ibumu dan kau bukan anakku. Kita tidak
ada ikatan darah sama sekali”
“ Ibu, Ibu
jangan berkata seperti itu..aku ini anak Ibu..Anak kandung Ibu kan ??.. aku
mohon bu, jgn berkata seperti itu padaku “
“ Dengar, kau
sudah dewasa sekarang dan kau harus tahu bahwa kau itu adalah anak hasil
perselingkuhan suamiku dengan Ibumu. Ibumu yang telah merebut suamiku ayah
Dina. Sejak kecil orang yang kamu panggil kakak itu tidak pernah merasakan
bagaimana rasanya memiliki seorang ayah. Dan itu semua karena Ibumu dan kamu.
Pergi kau dari sini, aku tidak mau melihat wajahmu lagi disini ! .”
“ Cukup bu, aku
mohon bu jgn katakan itu lagi padaku. Ibu adalah Ibuku sampai kapanpun”
Aku langsung
berlari ke kamar kak Dina dan meminta ma’af padanya.
“ kak, ma’afkan
aku. Sungguh aku tak bermaksud membuat semua ini terjadi. Kakak tidak perlu
khawatir. Raihan hanya milik kakak”
“ tidak apa2
des, kalow memang desi mencintai Raihan dan Raihan juga mencintai Desi kakak
akan dukung kalian dan mencoba bicara pada Ibu” jawab Dina.
“ Tidak kak
Dina, aku tidak pernah mencintai Raihan. Kami hanya berteman. Kakak pantas kok
mendampingi dia”
Aku langsung
pergi menaiki sepeda kayuhku,, Mengejar mobil Raihan yang telah melaju itu.
Dengan jarak tempuh sekitar 10 km sampailah aku di depan rumah Raihan.Aku
mengetuk pintu rumah Raihan dan bertemu dengan Ayah Raihan.
“ Paman, apa
salah jika aku dilahirkan tanpa ayah dan Ibu ? Apa salah jika ada orang baik
yang merawat dan membesarkanku,menyayangiku dan menyekolahkanku ? Aku mohon
paman jangan batalkan peminangan kakakku. Selama aku hidup, aku selalu membuat
Ibuku susah dan sedih, tak pernah sekalipun Aku membuat Ibuku tersenyum dan
bangga kepadaku. Padahal aku tahu jika Ibuku mau, Beliau bisa membuangku
kejalanan yang mungkin aku tak akan tumbuh hingga dewasa ini. Namun beliau
tetap memilih merawatku dan menyayangiku”
“ kamu anak yang
baik Desi, Ibumu pasti bangga memiliki anak sepertimu, paman ingin bertanya
satu hal padamu”
“ apa itu paman “
“ Apa kamu
mencintai Raihan ??”
“ tidak Paman”
“Apa kamu yakin,
kamu tidak mencintai Raihan ?”
“ iya paman, Aku
tidak mencintai Raihan”
“ Baiklah kalau
begitu, nanti akan aku telp Ibumu untuk membicarakan pernikahan kakakmu”
“ Terima kasih
banyak paman “ jawabku sambil bersujud di kakinya.
“ Untuk
mendapatkan anak tiri sepertimu, Paman rela kehilangan 10 anak kandung
sekalipun nak”.
Sepulang dari
rumah Raihan, ku katakan pada Ibu bahwa besok Ayahnya Raihan akan kesini
membicarakan hari pernikahan kak Dina. Entah kenapa untuk pertama kalinya,
Ibuku memelukku dan untuk pertama kalinya juga Beliau berkata menyayangiku.
“ Ma’afkan aku
Ibu, aku selalu membuat Ibu dan kak Dina susah. Terima kasih Ibu telah merawat
dan membesarkanku selama ini. Jika Ibu tak ingin aku ada disini lagi, aku akan
pergi kok bu. Ma’af karena kehadiranku hidup Ibu merasa sengsara, Aku
menyayangi Ibu” ucapku sambil memeluk Ibuku.
“ Tidak sayang, Kamu anak Ibu. Anak kandung Ibu. Ibu tidak
akan sanggup kehilangan anak yang selalu menyayangi ibu sepertimu”
1 komentar:
Sedih bgt Ǵυ̲̣̥Ҿ.. Baca cerita ini bikin Ǵυ̲̣̥Ҿ.. Nanggis ajaa :(
Posting Komentar