A.
LATAR
BELAKANG
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah - pisah (Edelsky,
1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weaver, 1992). Para ahli whole language
berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat
dipisah- pisahkan (Rigg, 1991). Oleh karena itu pengajaran keterampilan
berbahasa dan komponen bahasa seperti
tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran
tentang penggunaan tanda baca seperti koma, semikolon, dan kolon misalnya,
diajarkan sehubungan dengan pelajaran menulis. Jangan mengajarkan penggunaan
tanda baca tersebut hanya karena materi itu tertera dalam kurikulum.
Pendekatan whole language didasari oleh paham contructivism
yang menyatakan bahwa anak/ siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui
peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated)
(Roberts, 1996). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang
dipelajarinya itu diperlukan oleh mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru,
berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar
mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language
berubah dari desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith,
1993 ).
B.
KOMPONEN
– KOMPONEN WHOLE LANGUAGE
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan
tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang orang – orang yang terlibat
dalam pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana
bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu. Menurut Routman (1991) dan
Froese (1991) ada delapan komponen whole language yaitu :
1.
Reading
Aloud
Reading
aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru
dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya
dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap
siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari
reading aloud, antara lain meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya
kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting
adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.
2.
Jurnal
Writing
Jurnal
writing atau menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan.
Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya,
meceritakan kejadian disekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan
menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan menulis jurnal antara lain sebagai berikut
a.
Meningkatkan
kemampuan menulis.
b.
Meningkatkan
kemampuan membaca.
c.
Menumbuhkan
keberanian menghadapi resiko.
d.
Memberi
kesempatan untuk membuat refleksi.
e.
Memvalidasi
pengalaman dan perasaan pribadi.
f.
Memberikan
tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
g.
Meningkatkan
kemampuan berpikir.
h.
Meningkatkan
kesadaran akan peraturan menulis.
i.
Menjadi
alat evaluasi
j.
Menjadi
dokumen tertulis
3.
Sustained
Silent Reading
Sustained
silent reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa.
Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau
materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui
kegiatan ini adalah :
a.
Membaca
adalah kegiatan penting yang menyenangkan;
b.
Membaca
dapat dilakukan oleh siapa pun;
c.
Membaca
berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut;
d.
Siswa
dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama;
e.
Guru
percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca;
f.
Siswa
dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah
kegiatan sustained silent reading berakhir.
4.
Shared
Reading
Shared
reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap
orang mempunyai buku yang sedang
dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas
tinggi. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini, yaitu :
a.
Guru
membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah);
b.
Guru
membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku;
c.
Siswa
membaca bergiliran;
Maksud
kegiatan ini adalah :
a.
Sambil
melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai
model;
b.
Memberikan
kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya;
c.
Siswa
yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar.
5.
Guided
Reading
Guided
reading adalah kegiatan membaca dimana guru lebih berperan sebagai model dalam
membaca atau guru hanya sebagai pengamat atau fasilitator. Dalam kegiatan ini
semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan
pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan
pemahaman.
6.
Guided
Writing
Guided
writing adalah menulis terbimbing dimana peran guru adalah sebagai fasilitator
sehingga guru hanya membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan
bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Dan dalam hal ini
guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur.
7.
Independent
Reading
Independent
reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan
untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Dalam independent reading
siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun
berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang
pengamat, fasilitator, dan pemberi respons.
8.
Independent
Writing
Independent
writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis,
meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada
intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis.
Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing, antara lain menulis
jurnal, dan menulis respons.
C.
CIRI
– CIRI KELAS WHOLE LANGUAGE
Ada
tujuh ciri yang menandakan kelas whole language antara lain :
1.
Kelas
yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
2.
Di
kelas whole language siswa belajar melalui model atau contoh.
3.
Di
kelas whole language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
4.
Di
kelas whole language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
5.
Di
kelas whole language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna.
6.
Di
kelas whole language siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen.
7.
Di
kelas whole language siswa mendapat balikan (feedback) positif dari guru maupun
temannya.
D.
PENILAIAN
DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan
kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran
berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi
baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap – cakap dengan
temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan guru juga
memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar