Kamis, 11 Oktober 2012

CERPEN_VERSI FIKSI




Cinta Sang RembuLan




Senja telah berujung hingga mentari tak lagi mampu mengepakkan sayapnya tuk menyinari bumi dan terlebih lagi untuk menyinari hati seorang gadis yang tengah bersandar di jendela kamarnya. Desir angin membius setiap insan hingga merebahkan diri dalam kelelahannya atau terduduk dalam zikirnya mengingat- ingat lagi nikmat yang tak hentinya mengalir  di hari ini. Begitu pun dengan Laura, gadis cantik bermata lentik itu, yang seketika terbayang akan sesosok wajah di ujung senja. Mungkin tak bisa dia torehkan lagi cerita yang dulu pernah  terukir dengan begitu indah di dinding hatinya.
Mungkin tak sesingkat waktu yang terpikir olehnya untuk mengenal wajah yang seketika muncul dalam tatapan kosongnya. Wajah yang begitu meneduhkan, senyum yang begitu sangat sederhana dan ........... wajah yang membuatnya jatuh cinta. Sebuah nama yang tergores begitu sempurna dalam bayang- bayang senja “ NUGRAHA” .
Membenarkan sebuah kata “ pelangi tak akan indah jika hanya satu warna”, begitulah baginya memandang sebuah hubungan. Seperti hubungannya yang baru saja dia rajut bersama Nugraha, kekasihnya sejak dua tahun yang lalu. Suatu ketika lelaki itu bertanya padanya “ Apa kamu akan  mengijinkanku pergi  ??”..
Perlahan dia tata hatinya, yang ketika itu berperang dalam dirinya antara keegoisan dan kedewasaan, entah mana yang benar dari keduanya hingga dia memilih mengijinkan kekasihnya pergi. Namun entah apa yang ada dalam hati Nurgaha  ketika itu, hingga dia selalu berkata “ aku tak akan pergi kemana-mana, karena aku lebih senang tinggal disini bersamamu .” Meskipun Laura tahu bahwa pada akhirnya nanti Nugraha tetap akan pergi, namun masih saja dia berharap bahwa kata yang diucapkan Nugraha adalah benar. Dan lagi- lagi keegoisan itu ingin mengalahkan segalanya untuk menahan Nugraha  pergi.
Benar adanya apa yang Laura rasa, bahwa kini dia harus melepaskan Nugraha  pergi dan entah kapan dia akan kembali.  Dan ternyata memang begitu beratnya melepaskannya walau dalam waktu yang sama hatinya pun terluka. Rasanya terlalu egois jika Laura mengiringi kepergian kekasihnya itu  dengan air mata, entah apa yang ditinggalkan Nugraha disini untuk Laura, mungkin dosa, mungkin noda, mungkin luka, mungkin canda tawa dan yang pastinya cinta.
Laura senantiasa menghitung setiap detik waktu yang berlalu tanpa ada Nugraha  disisinya, namun Tuhan selalu menjaganya, menguatkannya dan menyakinkannya.
Mungkinkah kau mengingatku meski hanya sekedar nama ??  .
Pertanyaan itulah yang kadang menjerat hati Laura dalam kebingungan yang teramat sangat. Namun dia sadar, ada banyak hal yang perlahan bisa dia pahami bahwa kesabaran itu begitu indah. Mungkin Nugraha  tak pernah tahu bagaimanakah rasanya menunggu ? bagaimanakah rasanya ditinggalkan ? bagaimanakah rasanya menanti tanpa harapan ?.. Namun biarlah !!  Laura berharap bahwa kekasihnya itu tak akan pernah merasakannya.
“Dan ketika kamu tahu indahnya menunggu, maka tiada alasan bagimu tuk berpaling”
                Laura tak pernah menuntut apapun dari sebuah penantian yang dia lalui, dia tetap berusaha tegar walau tak setegar karang di Lautan. Dia juga senantiasa menjaga dirinya, walau tak sesuci embun pagi.  Namun, di tengah perjalanan yang mereka lalui terjadilah selisih paham antara keduanya hingga mereka bertengkar hebat. Karena pada akhirnya Laura mengetahui bahwa Nugraha mencintai wanita lain. Bukanlah perasaan cemburu yang dirasakannya kini, namun kejujuran Nugraha lah yang membuat hatinya seperti tersayat belati.
                “ ternyata bukan kamu tulang rusukku ra, ma’afkan aku. Dulu aku telah salah mengatakannya padamu” ..
Begitulah kata-kata yang keluar dari bibir orang yang selama ini telah dicintainya. Disela derasnya air mata yang membanjiri hatinya , Laura masih bisa berkata layaknya orang yang tak merasakan apa-apa di hatinya.
“ jika memang begitu adanya, Pergilah !! dan carilah tulang rusukmu .”
                Waktu kian berlalu, Nugraha akhirnya menikah dengan Rindi yang diyakininya sebagai tulang rusuknya yang hilang. Sedangkan Laura pergi ke lain kota meniti kariernya hingga kini dia menjadi wanita yang mapan. Banyak lelaki yang menginginkannya, namun didalam hatinya masih saja ada Nugraha meskipun dia tahu bahwa lelaki yang dicintainya itu kini telah menikah dengan wanita lain.
                Setahun kemudian Nugraha bercerai dengan Rindi dengan alasan yang sama, dia mengatakan bahwa Rindi bukanlah jodohnya, bukan tulang rusuknya. Kemudian dia menikah dan menikah lagi untuk ke tiga kalinya pun dia bercerai dengan alasan yang sama bahwa orang yang dinikahinya bukanlah tulang rusuknya.
                Dua bulan setelah perceraiannya dengan istrinya yang terakhir, tanpa sengaja dia bertemu dengan kembali dengan Laura di sebuah resto dekat tempat Nugraha bekerja. Mereka pun menyempatkan ngobrol bersama pada jam makan siang yang kebetulan saat itu Laura sedang berlibur di kota tersebut.
“ hai ra, apa kabar ?? sekarang kamu hebat ya..dah jadi wanita karier yang sukses seperti yang kamu cita- citakan dulu ”. sapa Nugraha mengawali pembicaraan.
“ aku baik kok ! ”, jawab Laura singkat.
“ kamu sudah punya anak berapa Ra ? ”
“ heemzzz, kalau kamu ??”, tanpa menjawab Laura hanya tersenyum pada Nugraha.
“ kalau aku belum punya anak ra, padahal aku dah pernah nikah tiga kali dan baru dua bulan yang lalu aku bercerai dengan istriku yang terakhir ”, jelas Nugraha.
“ Ow..yaw ! kenapa sampai bercerai ??”, tanya Laura
“ mereka tak pernah bisa ngertiin aku, berarti mereka bukan tulang rusukku kan ??”
Mendengar jawaban itu, seketika Laura teringat tiga tahun yang lalu ketika Nugraha mengucapkan hal yang sama padanya. Masih terasa sakit hatinya, namun tetap tak bisa menutupi hatinya bahwa dia memang masih sangat menyayangi lelaki yang telah melukai hatinya itu.
“ Gak ada orang yang sempurna seperti apa yg kita harapkan di dunia ini, apa kamu juga pernah menanyakan pada istri- istrimu. Apa yang mereka inginkan darimu ?? dan apa kamu juga bisa memenuhi semua yang mereka inginkan..”
Nugraha hanya terdiam ketika Laura berbicara panjang Lebar.
“ Apa kamu juga tak berfikir sedikitpun, kamu menuntut mereka membuatmu bahagia sedang kamu sendiri tak pernah memikirkan kebahagiaan mereka”.
“ iya ra, aku meninggalkan mereka semua karena aku baru sadar. Hidupku tak sesempurna dulu seperti ketika aku bersamamu. Dan sampai detik ini, aku tak bisa menemukan wanita yang bisa menggantikanmu dihatiku”.jawab Nugraha
“ dan hingga detik ini, aku masih merasakan sakit akan kata- kata terakhir yang dulu kau ucapkan padaku. Namun sampai detik ini pula aku belum menikah karena dihatiku hanya ada namamu” . jawab Laura.
                Setelah pertemuan itu, mereka berjanji akan mengawali hidup mereka bersama. Laura pun kembali ke kotanya untuk menyelesaikan urusannya dan Nugraha mengantarkan Laura ke Bandara. Disanalah mereka berpisah dan akan bersatu mewujudkan impian yang pernah mereka rangkai bersama. Nugraha tak pernah merasakan kebahagiaan seperti yang saat ini dia rasakan. Menantikan saat- saat bersatu kembali dengan orang yang dulu sangat dia cintai.
                Pagi itu dia merasa sangat bersemangat menyantap sarapan pagi ditemani Televisi yang menyajikan berita- berita terhangat.Betapa terkejutnya nugraha, ketika melihat sebuah berita kecelakaan pesawat. Bahwa ternyata pesawat yang jatuh itu adalah pesawat yang ditumpangi Laura, dan Laura pun terdaftar dalam korban yang tak terselamatkan.
                Seketika itu pula jantungnya berhenti berdetak, semua impian yang baru kemarin akan dia wujudkan telah sirna. Tubuhnya terasa tak bertulang, dadanya terasa sesak bernafas. Dia baru menyadari arti sebuah pertemuan dan perpisahan terlebih lagi rasanya kehilangan orang yang dia kasihi.

Tidak ada komentar: