Cinta Sang RembuLan
Senja telah berujung hingga
mentari tak lagi mampu mengepakkan sayapnya tuk menyinari bumi dan terlebih
lagi untuk menyinari hati seorang gadis yang tengah bersandar di jendela
kamarnya. Desir angin membius setiap insan hingga merebahkan diri dalam
kelelahannya atau terduduk dalam zikirnya mengingat- ingat lagi nikmat yang tak
hentinya mengalir di hari ini. Begitu
pun dengan Laura, gadis cantik bermata lentik itu, yang seketika terbayang akan
sesosok wajah di ujung senja. Mungkin tak bisa dia torehkan lagi cerita yang
dulu pernah terukir dengan begitu indah
di dinding hatinya.
Mungkin tak sesingkat waktu yang terpikir
olehnya untuk mengenal wajah yang seketika muncul dalam tatapan kosongnya.
Wajah yang begitu meneduhkan, senyum yang begitu sangat sederhana dan
........... wajah yang membuatnya jatuh cinta. Sebuah nama yang tergores begitu
sempurna dalam bayang- bayang senja “ NUGRAHA” .
Membenarkan sebuah kata “ pelangi
tak akan indah jika hanya satu warna”, begitulah baginya memandang sebuah
hubungan. Seperti hubungannya yang baru saja dia rajut bersama Nugraha,
kekasihnya sejak dua tahun yang lalu. Suatu ketika lelaki itu bertanya padanya “ Apa kamu akan mengijinkanku pergi ??”..
Perlahan dia tata hatinya, yang ketika
itu berperang dalam dirinya antara keegoisan dan kedewasaan, entah mana yang
benar dari keduanya hingga dia memilih mengijinkan kekasihnya pergi. Namun entah
apa yang ada dalam hati Nurgaha ketika
itu, hingga dia selalu berkata “ aku tak
akan pergi kemana-mana, karena aku lebih senang tinggal disini bersamamu .”
Meskipun Laura tahu bahwa pada akhirnya nanti Nugraha tetap akan pergi, namun
masih saja dia berharap bahwa kata yang diucapkan Nugraha adalah benar. Dan
lagi- lagi keegoisan itu ingin mengalahkan segalanya untuk menahan Nugraha pergi.
Benar adanya apa yang Laura rasa,
bahwa kini dia harus melepaskan Nugraha pergi dan entah kapan dia akan kembali. Dan ternyata memang begitu beratnya
melepaskannya walau dalam waktu yang sama hatinya pun terluka. Rasanya terlalu
egois jika Laura mengiringi kepergian kekasihnya itu dengan air mata, entah apa yang ditinggalkan
Nugraha disini untuk Laura, mungkin dosa, mungkin noda, mungkin luka, mungkin
canda tawa dan yang pastinya cinta.
Laura senantiasa menghitung
setiap detik waktu yang berlalu tanpa ada Nugraha disisinya, namun Tuhan selalu menjaganya,
menguatkannya dan menyakinkannya.
Mungkinkah kau mengingatku meski hanya sekedar nama ?? .
Pertanyaan itulah yang kadang menjerat hati Laura dalam
kebingungan yang teramat sangat. Namun dia sadar, ada banyak hal yang perlahan
bisa dia pahami bahwa kesabaran itu begitu indah. Mungkin Nugraha tak pernah tahu bagaimanakah rasanya menunggu
? bagaimanakah rasanya ditinggalkan ? bagaimanakah rasanya menanti tanpa harapan
?.. Namun biarlah !! Laura berharap
bahwa kekasihnya itu tak akan pernah merasakannya.
“Dan ketika kamu tahu indahnya
menunggu, maka tiada alasan bagimu tuk berpaling”
Laura
tak pernah menuntut apapun dari sebuah penantian yang dia lalui, dia tetap
berusaha tegar walau tak setegar karang di Lautan. Dia juga senantiasa menjaga
dirinya, walau tak sesuci embun pagi.
Namun, di tengah perjalanan yang mereka lalui terjadilah selisih paham
antara keduanya hingga mereka bertengkar hebat. Karena pada akhirnya Laura
mengetahui bahwa Nugraha mencintai wanita lain. Bukanlah perasaan cemburu yang
dirasakannya kini, namun kejujuran Nugraha lah yang membuat hatinya seperti
tersayat belati.
“ ternyata bukan kamu tulang rusukku ra,
ma’afkan aku. Dulu aku telah salah mengatakannya padamu” ..
Begitulah kata-kata yang keluar dari bibir orang yang selama
ini telah dicintainya. Disela derasnya air mata yang membanjiri hatinya , Laura
masih bisa berkata layaknya orang yang tak merasakan apa-apa di hatinya.
“ jika memang begitu adanya, Pergilah !! dan carilah tulang
rusukmu .”
Waktu
kian berlalu, Nugraha akhirnya menikah dengan Rindi yang diyakininya sebagai
tulang rusuknya yang hilang. Sedangkan Laura pergi ke lain kota meniti
kariernya hingga kini dia menjadi wanita yang mapan. Banyak lelaki yang
menginginkannya, namun didalam hatinya masih saja ada Nugraha meskipun dia tahu
bahwa lelaki yang dicintainya itu kini telah menikah dengan wanita lain.
Setahun
kemudian Nugraha bercerai dengan Rindi dengan alasan yang sama, dia mengatakan
bahwa Rindi bukanlah jodohnya, bukan tulang rusuknya. Kemudian dia menikah dan
menikah lagi untuk ke tiga kalinya pun dia bercerai dengan alasan yang sama
bahwa orang yang dinikahinya bukanlah tulang rusuknya.
Dua
bulan setelah perceraiannya dengan istrinya yang terakhir, tanpa sengaja dia
bertemu dengan kembali dengan Laura di sebuah resto dekat tempat Nugraha
bekerja. Mereka pun menyempatkan ngobrol bersama pada jam makan siang yang
kebetulan saat itu Laura sedang berlibur di kota tersebut.
“ hai ra, apa kabar ??
sekarang kamu hebat ya..dah jadi wanita karier yang sukses seperti yang kamu
cita- citakan dulu ”. sapa Nugraha mengawali pembicaraan.
“ aku baik kok ! ”,
jawab Laura singkat.
“ kamu sudah punya
anak berapa Ra ? ”
“ heemzzz, kalau kamu
??”, tanpa menjawab Laura hanya tersenyum pada Nugraha.
“ kalau aku belum
punya anak ra, padahal aku dah pernah nikah tiga kali dan baru dua bulan yang
lalu aku bercerai dengan istriku yang terakhir ”, jelas Nugraha.
“ Ow..yaw ! kenapa
sampai bercerai ??”, tanya Laura
“ mereka tak pernah
bisa ngertiin aku, berarti mereka bukan tulang rusukku kan ??”
Mendengar jawaban itu, seketika Laura teringat tiga tahun
yang lalu ketika Nugraha mengucapkan hal yang sama padanya. Masih terasa sakit
hatinya, namun tetap tak bisa menutupi hatinya bahwa dia memang masih sangat
menyayangi lelaki yang telah melukai hatinya itu.
“ Gak ada orang yang
sempurna seperti apa yg kita harapkan di dunia ini, apa kamu juga pernah menanyakan
pada istri- istrimu. Apa yang mereka inginkan darimu ?? dan apa kamu juga bisa
memenuhi semua yang mereka inginkan..”
Nugraha hanya terdiam ketika Laura berbicara panjang Lebar.
“ Apa kamu juga tak berfikir
sedikitpun, kamu menuntut mereka membuatmu bahagia sedang kamu sendiri tak
pernah memikirkan kebahagiaan mereka”.
“ iya ra, aku
meninggalkan mereka semua karena aku baru sadar. Hidupku tak sesempurna dulu
seperti ketika aku bersamamu. Dan sampai detik ini, aku tak bisa menemukan
wanita yang bisa menggantikanmu dihatiku”.jawab Nugraha
“ dan hingga detik
ini, aku masih merasakan sakit akan kata- kata terakhir yang dulu kau ucapkan
padaku. Namun sampai detik ini pula aku belum menikah karena dihatiku hanya ada
namamu” . jawab Laura.
Setelah
pertemuan itu, mereka berjanji akan mengawali hidup mereka bersama. Laura pun
kembali ke kotanya untuk menyelesaikan urusannya dan Nugraha mengantarkan Laura
ke Bandara. Disanalah mereka berpisah dan akan bersatu mewujudkan impian yang
pernah mereka rangkai bersama. Nugraha tak pernah merasakan kebahagiaan seperti
yang saat ini dia rasakan. Menantikan saat- saat bersatu kembali dengan orang yang
dulu sangat dia cintai.
Pagi
itu dia merasa sangat bersemangat menyantap sarapan pagi ditemani Televisi yang
menyajikan berita- berita terhangat.Betapa terkejutnya nugraha, ketika melihat
sebuah berita kecelakaan pesawat. Bahwa ternyata pesawat yang jatuh itu adalah
pesawat yang ditumpangi Laura, dan Laura pun terdaftar dalam korban yang tak
terselamatkan.
Seketika
itu pula jantungnya berhenti berdetak, semua impian yang baru kemarin akan dia
wujudkan telah sirna. Tubuhnya terasa tak bertulang, dadanya terasa sesak
bernafas. Dia baru menyadari arti sebuah pertemuan dan perpisahan terlebih lagi
rasanya kehilangan orang yang dia kasihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar